BENDO, Dalam rangka mewujudkan swasembada pangan
Babinsa Desa Tanjung sertu Jayadi melaksanakan pendampingan pertanian tanpa
kenal lelah dan selalu setia mendampingi
petani dalam menggarap sawah , dengan ketabahan dan keuletan Babinsa tersebut
dilihat dari hasil pengubinan hari ini menjadi
4.6 kilogram jadi kalau di konversi ke Ton/ha maka hasilnya 7.3 Ton/ha.
(Kamis, 29/03/18)
Dalam
pengubinan tersebut tampak hadir antara lain mantri tani Mulyono SP, PPL
Kecamatan Bendo , Babinsa Desa Tanjung Sertu Jayadi, Bati Bakti TNI Koramil
0804/13 Bendo Serma Jumadi, Poktan Maju 2 dan pemilik lahan Bu Tukinem. Menurut
pengakuan Bu Tukinem perkiraan dari hasil pengubinan tersebut hasil tani dari
lahan sawahnya meningkat dan Benih yang digunakan adalah Impari 10 dengan berat
14 kg, sedang pupuk yang dipakai untuk lahan tersebut Urea 50 kg, ZA 50 kg,
Ponska 50 kg dan tidak menggunakan obat.
Dari perkiraan hasil yang diperoleh tersebut kata bu tukinem hasil musim ini
lebih baik dibandingkan musim kemarin karena
pembinaan dari Babinsa koramil 0804/13 Bendo dan PPL yang terus menerus
dan berkelanjutan.
Dengan
hasil yang diperoleh tersebut diharapkan program swasembada pangan bisa
tercapai dengan maksimal dan penghasilan petani dapat meningkat. Peran TNI
dalam memberi kontribusi terhadap sektor pertanian patut diberi acungan jempol,
karena TNI yang tadinya lihai memainkan senjata kini dia berperan bisa
memainkan cangkul dan traktor pengolah sawah ini luar biasa, mungkin angkatan
perang Indonesia satu-satunya mampu menjadi pembimbing, motivator, fasilitator,
dinamisator inovator bagi kelompok tani di lapangan. Seharusnya seluruh elemen
bangsa bahu membahu untuk mewujudkan cita-cita mulia ini yaitu Indonesia yang
melimpah kekayaan alamnya khususnya di
sektor pangan.
Apalagi
negara kita merupakan negara agraris, sudah sepantasnya jika seluruh
masyarakatnya terlibat dalam kegiatan pertanian. Coba kita tengok sepintas
disekitar kita, dulu di kampung mencari petani sangat mudah dan gampang, namun
sekarang kita mencari petani sangat susah, karena sawah dan ladang sudah
beralih menjadi pabrik, tidak ada generasi petani yang mau menjadi petani,
mereka lebih baik menjadi pengojek, buruh pabrik atau merantau kekota, sehingga
pantas para petani sekarang sudah tidak bergairah karena pertanian bukan lagi
yang bisa dihandalkan untuk mencari nafkah.
Pelibatan
TNI dalam mensukseskan program pemerintah untuk swasembada pangan tentunya
bukan tanpa alasan. Dan tentu pula bukan tanpa reaksi, pro maupun kontra
terhadap keterlibatan TNI untuk terjun langsung kepada pertanian. Apalagi kalau
dilihat dari aspek pertanian TNI sangat tidak mungkin mampu mendampingi petani
untuk lebih baik, yang ada kehawatiran intervensi dan kekerasan karena TNI yang
kita tahu adalah alat pertahanan dan dia memiliki skil berperang membunuh atau
dibunuh, sekarang ikut mengolah pertanian kita bertanya kapan TNI sekolah
pertaniannya? Padahal Babinsa bukan tenaga terampil di bidang pertanian.
Pengerahan
Babinsa karena Kementerian Pertanian kekurangan tenaga pendamping bagi kelompok
tani di Indonesia. Jumlah kekurangannya mencapai 70.000 orang. Oleh sebab itu
dengan ditutup 50.000-an dari Babinsa, itu sudah sangat membantu petani di
lapangan. Bukan untuk mengambil alih tugas dari Tim Penyuluh (Penyuluh
Pertanian). Jadi dapat dipastikan Babinsa bukan Penyuluh Pertanian, tapi pada
banyak tempat lebih kepada menjadi pengisi kekosongan penyuluh pertanian yang
memang jumlahnya masih sangat kurang secara Nasional. Perlu kita pahami bersama
bahwa pengerahan Babinsa TNI AD ini karena Kementerian Pertanian kekurangan
tenaga pendamping bagi kelompok tani di Indonesia. Di lapangan, kehadiran Babinsa
dalam program pangan akan menjadi motivator dan pendorong bagi petani dan
kelompok tani lebih dari itu kehadiran Babinsa juga menjadi pemicu serta pemacu
bagi para penyuluh dan petugas pertanian di lapangan. Bahwa kehadiran Babinsa
bukan untuk mengambil penyuluh tetapi lebih ke arah sinergi langkah dan gerak
dengan fungsi dan perannya masing-masing guna mendinamisasi pembangunan
pertanian di pedesaan.
Keterlibatan Babinsa TNI AD dalam Ketahanan Pangan sekarang ini berbeda
pada masa Orde Baru yang mungkin menjadi kekhawatiran berbagai pihak muncul,
Karena kepemimpinan Nasional di tangan sipil akan tetapi menjadi Strategis
dengan Mempertimbangkan Sumber Daya TNI. Sumber Daya TNI yang ada dimana-mana
tidak hanya di perkotaan tetapi sampai ke pelosok pedesaan bisa menjadi unjung
tombak dalam pendampingan berbagai permasalahan pertanian. Keterlibatan Babinsa
TNI AD di bidang ketahanan pangan memang masih terbatas dalam pendampingan
untuk meningkatkan produksi Tanaman Padi, Jagung dan Kedelai. Meski demikian
keterlibatan TNI dalam pendampingan ketahanan pangan tetap harus disambut
positif. Keterlibatan Babinsa dalam ketahanan pangan ini bukan baru saat ini
saja, sebelumnya sudah dilaksanakan, karena para Babinsa Komando Kewilayahan
(Kodim) berperan dalam bidang Ketahanan Pangan, karena mereka mempunyai
kewajiban melaporkan data teritorial yang ada di desa binaannya serta menjaga
tetap dalam kondisi yang baik. Melalui program ketahanan pangan ini justru
suatu peningkatan, karena begitu program digulirkan Babinsa juga ditingkatkan
kemampuannya dengan diberikan pelatihan di bidang pertanian, sehingga mengerti
komponen apa aja yg menunjang keberhasilan ketahanan pangan, bukan supaya bisa
bercocok tanam saja. Pendampingan Babinsa juga diperlukan untuk mengawasi distribusi
pupuk dan bibit agar bisa sampai ke tangan petani tepat sasaran maupun tepat
waktu. Semoga langkah Positif ini dapat segera mewujudkan Ketahanan Pangan yang
kita dambakan bersama.
Bintara
Pembina Desa TNI AD yang dikenal Babinsa yang merupakan garda terdepan, yang
berhadapan langsung dengan masyarakat. Babinsa berada di bawah Koramil sebagai
organisasi setruktural yang memiliki wilayah tugas di Desa atau kelurahan
sebagai pembina. Seorang Bintara Pembina Desa memiliki wilayah tanggung jawab bervariasi,
dari satu desa hingga beberapa desa.
Tiap Kodim pasti punya Koramil model tempat para Babinsa itu ditempa. Intinya,
bagaimana mengubah mereka dari personel satuan tempur menjadi personel satuan
teritorial yang siap pakai sebagai pembina di desa.
Sebetulnya, apa tugas pokok para bintara pembina
desa TNI AD itu?
Menurut Peraturan Kepala Staf TNI AD Nomor
19/IV/2008 tertanggal 8 April 2008, seorang Bintara Pembina Desa berkewajiban
untuk melaksanakan pembinaan teritorial sesuai petunjuk atasannya yaitu
Komandan Komando Rayon Militer. Secara pokok tugas-tugas mereka meliputi
mengumpulkan dan memelihara data pada aspek geografi, demografi, hingga sosial
dan potensi nasional di wilayah kerjanya. Berkaitan dengan program pemerintah
dalam swasembada pangan dan melibatkan Babinsa tentunya kita akan bertanya, apa
yang akan dikerjakan oleh Babinsa yang
bertolak belakang dengan kemampuannya sebagai militer, sementara tugas barunya
Babinsa sebagi pendamping dan sebagai penyuluh pertanian yang tidak terjamah
oleh penyuluh dari pertanian. Dengan pikiran yang jernih, kita semua perlu
memandang persoalan secara proporsional dan terukur serta yang paling penting
kita perlu menanamkan prasangka baik, sehingga dengan semangat dan jiwa
kejuangan yang tinggi ini persoalan bangsa seberat apapun akan terselesaikan.
Biarkan meraka bekerja, dalam situasi negara aman seperti sekarang ini,
kepedulian TNI-AD mendukung pencapaian kedaulatan pangan patut kita hargai dan
berikan apresiasi. Kita harus yakin bahwa kepedulian TNI-AD bersifat murni dan
semata-mata dilandasi oleh tugas negara mendorong kedaulatan negara dan bangsa,
salah satunya melalui kedaulatan pangan.
Berangkat dari asumsi pemikiran untuk mendukung
pemerintah dalam mensukseskan swasembada pangan, TNI AD bertekad untuk mendukungnya, tercapainya ketahanan
pangan nasional pada masa mendatang. Jika stok beras terpenuhi maka pemerintah
tidak akan melakukan impor beras karena semua bisa terpenuhi dengan hasil
pertanian kita. Sehingga secara ekonomi menjadi sangat menjanjikan menjadi
petani, akan makin banyak generasi muda kita yang mau turun ke sawah menjadi
petani. (R13)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar