Bendo, Dalam rangka mewujutkan
swasembada pangan Babinsa desa Kinandang Serka Zaenuri melaksanakan pendampingan pertanian tanpa
kenal lelah dan selalu setia dampingi
petani dalam menggarap sawah , dengan ketabahan dan keuletan Babinsa tersebut dilihat
dari hasil pengubinan.menhadi 5.7 kilo
jadi hasil per Ha 5.7 x 16 = 9.1 ton
gkp.
Dan hadir giat pengubinan
tersebut al mantri tani , PPL kec Bendo , Babinsa Desa Kinandang , Bati Wanwil
Ramil 0804/13 Bendo Gapoktan Tunas Baru
Ds Kinandang dan pemilik lahan Bpk Purwahyudi. Menurut pengakuan pak
Purwahyudi perkiraan dari hasil pengubinan tersebut hasil tani dari lahan sawah
bpk Purwahyudi meningkat dan Benih yang digunakan adalah Cikarang dengan berat
18 kg, sedang pupuk yang dipakai untuk lahan tersebut urea 50 kg, ZA 50 kg, Sp
36 50 kg, NPK 50 kg dan tidak
menggunakan obat.
Peran TNI dalam memberi
kontribusi terhadap sektor pertanian patut diberi acungan jempol, karena TNI
yang tadinya lihai memainkan senjata kini dia berperan bisa memainkan cangkul
dan traktor pengolah sawah ini luar biasa, mungkin angkatan perang Indonesia
satu-satunya mampu menjadi pembimbing, motivator, fasilitator, dinamisator
inovator bagi kelompok tani di lapangan.
Seharusnya seluruh elemen bangsa bahu
membahu untuk mewujudkan cita-cita mulia ini yaitu Indonesia yang melimpah
kekayaan alamnya khususnya di sektor pangan. Apalagi negara kita
merupakan negara agraris, sudah sepantasnya jika seluruh masyarakatnya terlibat
dalam kegiatan pertanian. Coba kita tengok sepintas disekitar kita, dulu di
kampung mencari petani sangat mudah dan gampang, namun sekarang kita mencari
petani sangat susah, karena sawah dan ladang sudah beralih menjadi pabrik,
tidak ada generasi petani yang mau menjadi petani, mereka lebih baik menjadi
pengojek, buruh pabrik atau merantau kekota, sehingga pantas para petani
sekarang sudah tidak bergairah karena pertanian bukan lagi yang bisa
dihandalkan untuk mencari nampkah.
Pelibatan TNI dalam mensukseskan
program pemerintah untuk swasembada pangan tentunya bukan tanpa alasan. Dan
tentu pula bukan tanpa reaksi, pro maupun kontra terhadap keterlibatan TNI
untuk terjun langsung kepada pertanian. Apalagi kalau dilihat dari aspek
pertanian TNI sangat tidak mungkin mampu mendampingi petani untuk lebih baik,
yang ada kehawatiran intervensi dan kekerasan karena TNI yang kita tahu adalah
alat pertahanan dan dia memiliki skil berperang membunuh atau dibunuh, sekarang
ikut mengolah pertanian kita bertanya kapan TNI sekolah pertaniannya. Padahal Babinsa
bukan tenaga terampil di bidang pertanian. Pengerahan Babinsa karena
Kementerian Pertanian kekurangan tenaga pendamping bagi kelompok tani di
Indonesia. Jumlah kekurangannya mencapai 70.000 orang. "Oleh sebab itu
dengan ditutup 50.000-an dari Babinsa, itu sudah sangat membantu petani di
lapangan.
Bukan untuk mengambil alih tugas
dari Tim Penyuluh (Penyuluh Pertanian). Jadi dapat dipastikan Babinsa bukan
Penyuluh Pertanian, tapi pada banyak tempat lebih kepada menjadi pengisi
kekosongan penyuluh pertanian yang memang jumlahnya masih sangat kurang secara
Nasional. Perlu kita pahami bersama bahwa pengerahan Babinsa TNI AD ini karena
Kementerian Pertanian kekurangan tenaga pendamping bagi kelompok tani di
Indonesia.
Di lapangan, kehadiran Babinsa
dalam program pangan akan menjadi motivator dan pendorong bagi petani dan
kelompok tani, lebih dari itu, kehadiran Babinsa juga menjadi pemicu serta
pemacu bagi para penyuluh dan petugas pertanian di lapangan. Bahwa kehadiran
Babinsa bukan untuk mengambil penyuluh, tetapi lebih ke arah sinergi langkah
dan gerak dengan fungsi dan perannya masing-masing guna mendinamisasi
pembangunan pertanian di pedesaan.
Keterlibatan Babinsa TNI AD dalam
Ketahanan Pangan sekarang ini berbeda pada masa Orde Baru yang mungkin menjadi
kekhawatiran berbagai pihak muncul, Karena kepemimpinan Nasional di tangan
sipil, akan tetapi menjadi Strategis, Dengan Mempertimbangkan Sumber Daya TNI.
Sumber Daya TNI yang ada dimana-mana, tidak hanya di perkotaan, tapi sampai ke
pelosok pedesaan, bisa menjadi unjung tombak dalam mengamankan berbagai
permasalahan pertanian. Keterlibatan Babinsa TNI AD di bidang ketahanan pangan
memang masih terbatas dalam pendampingan untuk meningkatkan produksi Tanaman
Padi, Jagung dan Kedelai. Meski demikian, keterlibatan TNI, dalam pendampingan
ketahanan pangan tetap harus disambut positif. Kehadiran Babinsa TNI AD
bukan sebagai penyuluh pertanian akan tetapi babinsa TNI AD adalah motivator,
fasilitator, dinamisator innovator bagi kelompok tani di lapangan.
Keterlibatan Babinsa dalam
ketahanan pangan ini bukan baru saat ini saja, sebelumnya sudah dilaksanakan,
karena para Babinsa Komando Kewilayahan (Kodim) berperan dalam bidang Ketahanan
Pangan, karena mereka mempunyai kewajiban melaporkan data teritorial yang ada di
desa binaannya serta menjaga tetap dalam kondisi yang baik. Melalui program
ketahanan pangan ini justru suatu peningkatan, karena begitu program digulirkan
Babinsa juga ditingkatkan kemampuannya dengan diberikan pelatihan di bidang
pertanian, sehingga mengerti komponen apa aja yg menunjang keberhasilan
ketahanan pangan, bukan supaya bisa bercocok tanam saja. Pendampingan Babinsa
juga diperlukan untuk mengawasi distribusi pupuk dan bibit agar bisa sampai ke
tangan petani tepat sasaran maupun tepat waktu. Semoga langkah Positif ini
dapat segera mewujudkan Ketahanan Pangan yang kita dambakan bersama.
Babinsa
Sebagai Pendamping
Bintara Pembina Desa TNI AD yang
dikenal Babinsa yang merupakan garda terdepan, yang berhadapan langsung dengan
masyarakat. Babinsa berada di bawah Koramil sebagai organisasi setruktural yang
memiliki wilayah tugas di Desa atau kelurahan sebagai pembina. Seorang Bintara
Pembina Desa memiliki wilayah tanggung jawab bervariasi, dari satu desa
hingga beberapa desa. Tiap Kodim pasti punya Koramil model tempat para Babinsa
itu ditempa. Intinya, bagaimana mengubah mereka dari personel satuan tempur
menjadi personel satuan teritorial yang siap pakai sebagai pembina di desa.
Sebetulnya, apa tugas pokok para
bintara pembina desa TNI AD itu?
Menurut Peraturan Kepala Staf TNI
AD Nomor 19/IV/2008 tertanggal 8 April 2008, seorang Bintara Pembina Desa
berkewajiban untuk melaksanakan pembinaan teritorial sesuai petunjuk atasannya,
yaitu komandan komando rayon militer.
Secara pokok, tugas-tugas mereka
meliputi mengumpulkan dan memelihara data pada aspek geografi, demografi,
hingga sosial dan potensi nasional di wilayah kerjanya. Berkaitan dengan
program pemerintah dalam swasembada pangan dan melibatkan Babinsa, tentunya
kita akan bertanya, apa yang akan dikerjakan oleh Babinsa yang bertolak
belakang dengan kemampuannya sebagai militer, sementara tugas barunya Babinsa
sebagi pedamping dan sebagi penyuluh pertanian yang tidak terjamah oleh
penyuluh dari pertanian.
Dengan pikiran yang jernih, kita
semua perlu memandang persoalan secara proporsional dan terukur serta yang
paling penting kita perlu menanamkan prasangka baik, sehingga dengan semangat
dan jiwa kejuangan yang tinggi ini persoalan bangsa seberat apapun akan
terselesaikan. Biarkan merak bekerja, dalam situasi negara aman seperti
sekarang ini, kepedulian TNI AD mendukung pencapaian kedaulatan pangan patut
kita hargai dan berikan apresiasi. Kita harus yakin bahwa kepedulian TNI AD
bersifat murni dan semata-mata dilandasi oleh tugas negara mendorong kedaulatan
negara dan bangsa, salah satunya melalui kedaulatan pangan.
Berangkat dari asumsi pemikiran
untuk mendukung pemerintah dalam mensukseskan swasembada pangan, TNI AD
bertekad untuk mendukungnya, tercapainya ketahanan pangan nasional pada
tiga tahun mendatang. Untuk menjawab hal tersebut, TNI AD melalui Babinsa yang
telah tergelar di pelosok-pelosok desa, dipandang memiliki potensi sebagai
penggerak dalam mendukung terwujudnya ketahanan pangan, sehingga desa-desa yang
menjadi wilayah binaannya akan dapat menjadi "Lumbung Pangan".
Konteks ketahanan pangan mencakup aspek yang luas, tidak hanya pada peningkatan
produksi pangan tetapi juga menyangkut hal lain seperti kesejahteraan petani
dan Melimpahnya pangan.
Tentu tidak salah melibatkan TNI
sebagai pendamping petani dalam rangka percepatan target swasembada. Karena
Babinsa selalu memberikan motivasi, dorongan dan ide-ide yang positif, dan
bermanfaat bagi lingkungan termasuk masalah kesulitan yang dihadapi oleh
petani, seperti pupuk, pengairan, masalah harga padi yang dipermainkan oleh
para tenggulak dan banyak lainnya yang bisa Babinsa selesaikan dengan baik.
Keterlibatan Babinsa dimasyarakat terukur dan teruji, sebelum diterjunkan ke
masyarakat terlebih dahulu dibekali ilmu teritorial yang isinya mempelajari
lingkungan dimana iya bertugas dan termasuk diterjunkan untuk pendampingan para
petani untuk meningkatakan swasembada pangan yang dicanangkan oleh pemerintah
saat ini.
Babinsa dikursuskan terlebih
dahulu untuk menggikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh dinas pertanian
tentunya yang menyampaikan materi pertanian para pakar dan insinyur pertanian
yang berpengalaman. Oleh sebab itu Babinsa yang diterjunkan untuk pendampingan
para petani tidak usah diragukan lagi kempuannya, karena mereka sudah
dibekali dan diinformasikan apa kesulitan para petani dilapangan. Melalui
pelatihan-pelatihan ini, hingga saat ini di setiap Kodam rata-rata sudah ada
lebih dari 1000 anggota yang telah mengikuti pelatihan dan siap melakukan tugas
pendampingan. Mereka diberi bekal pengetahuan bagaimana cara melakukan
pembenihan, menanam yang baik, pemupukan, dan pengetahuan praktis
pertanian lainnya.
Berbicara soal kesiapan Babinsa
sebenarnya sudah cukup banyak yang selama ini berperan dalam membantu petani di
wilayah tugasnya, bahkan cukup banyak pula Babinsa dan Danramil yang menjadi
praktisi pertanian atau jadi petani. Di luar tugas pokoknya, mereka selain
membina para petani juga ikut bertani, terutama para Danramil dan Para Babinsa
yang bertugas didaerah yang memiliki potesi pertanian.
Kami yakin TNI Angkatan Darat
tidak akan mengambil alih tugas atau fungsi dari penyuluh atau sarjana
pertanian yang manapun. Babinsa yang telah menguasai metode pertanian pun tidak
lantas mengecilkan peran para penyuluh dan praktisi pertanian yang
sesungguhnya. Secara pasti Babinsa justru akan bahu membahu dengan para
penyuluh pertanian lapangan melakukan upaya bersama untuk meningkatkan
produktifitas pertanian.
Pada peran seperti itu. Babinsa
memang menjadi motivator, fasilitator, dinamisator dan bahkan ada yang mampu
menjadi innovator bagi kelompok tani di lapangan. Apapun sebutannya, Babinsa
akan selalu melakukan pendampingan dengan tujuan akhir tercapainya program
swasembada pangan. sejauh ini peran Babinsa itu sudah mulai dilakukan secara
bertahap dan mulai meluas baik dalam cakupan wilayah binaannya maupun kualitas
pendampingan di semua wilayah di tanah air.
Konkritnya, ketika ada daerah
yang belum terdapat tenaga penyuluh pertanian, Babinsa bisa mendampingi dan
memotivasi petani agar bercocok tanam dengan tata kelola yang baik. Mulai dari
pembenihan, menanam, saat terjadi serangan hama atau terjadi masalah dengan
irigasi, hingga penanganan saat masa panen tiba. Namun manakala penyuluh hadir
di desa itu, maka sepenuhnya tugas itu dilaksanakan oleh penyuluh, Babinsa
hanya memberi dorongan semangat kepada para petani.
Dan perlu dicatat, Babinsa itu
memang tugasnya di tengah masyarakat, bukan dibelakang meja, justru jika banyak
diam di kantor berarti mereka tidak bekerja. Mungkin untuk di lingkup
perkotaan Babinsa tidak terlihat menonjol, tapi di pedesaan Babinsa bersama
unsur kepemimpinan lainya di desa tersebut mampu menjadi bagian dari upaya
untuk mengatasi kesulitan masyarakat, termasuk mereka yang butuh bantuan, mulai
dari yang sifatnya tenaga hingga sumbang saran untuk pemecahan masalah yang
dihadapi oleh petani.
Ketika timbul permasalahan
terkait kebutuhan pupuk, benih, irigasi atau masalah lainnya, maka Babinsa akan
mencatat dan melaporkan permasalahan secara berjenjang hingga ke pihak yang
memiliki otoritas sebagi pemecahan persoalan yang dihadapi oleh petani sehingga
persoalan-persoalan sekecil apapun akan segara terselesaikan dengan baik.
Itulah fokus utama tugas Babinsa sebagai katalisator, menjembatani petani
dengan berbagai pihak terkait, sehingga nantinya petani bisa meningkatkan
produksinya dan swasembada pangan bisa tercapai.
Sebenarnya keterlibatan Babinsa
seperti dalam pendampingan pertanian ini bukanlah tugas yang sama sekali baru.
Pada tahun-tahun yang lalu, bahkan hingga saat ini, BKKBN dalam rangka menekan
laju pertumbuhan penduduk, menggalakan program yang disebut sebagai Program KB
Kes, Keluarga Berencana Kesehatan. Siapa yang jadi penggeraknya, tentunya
Babinsa. Mereka dilibatkan sebagai penggerak masyarakat untuk ikut dan penting
tidaknya informasi tentang penyuluh KB dan yang terlebih untuk mendorong
masyarakat mengikuti program KB, dengan harapan pertambahan penduduk akan lebih
terkendali, dan tercipta untuk lingkungan keluarga yang sehat sejahtera.
Namun harapan kedepan turunya
Babinsa menjadi pendaping petani bisa memotivasi para petani muda yang mungkin
bagi generasi muda kita pekerjaan menjadi petani masih belum menjadi pekerjaan
yang menarik, bahkan sangat sedikit petani yang berusia relatif muda di
Indonesia. Mereka lebih tertarik bekerja di sektor industri, tukang ojek atau
menjadi pegawai kantor.
Berharap, suatu saat kelak ketika pertanian kita makin maju, akan menjadi motivasi petani muda untuk terjun didunia pertanian yang menjanjikan untuk masadepan masyarakat umumnya bangsa Indonesia yang tidak lagi ketergantungan dari hasil pertanian negara lain, karena disektor pertanian bisa menjanjikan untuk masa depan para petani dan mudah-mudahan nilai gabah atau beras makin stabil dan tidak merugi, untuk itu gabah petani harus diserap sebagian oleh bulog dan diharapkan ada keseimbangan, petani untung, pengusaha penggilingan untung dan sebagian juga dapat diserap oleh Bulog untuk memastikan ketersediaan pangan Nasional, Jika stok beras terpenuhi maka pemerintah tidak akan melakukan impor beras karena semua bisa terpenuhi dengan hasil pertanian kita.
Sehingga secara ekonomi menjadi
sangat menjanjikan menjadi petani, akan makin banyak generasi muda kita yang
mau turun ke sawah menjadi petani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar