Halaman

Rabu, 21 November 2018

Anggota Koramil 0804/13 Bendo Bersama PPL Pertanian Melaksanakan Pengubinan Padi


Magetan, Dalam rangka mewujudkan swasembada pangan Para Babinsa Koramil 0804-13/ Bendo bersinergi dengan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pertanian Kecamatan Bendo  melaksanakan pendampingan pertanian tanpa kenal lelah dan selalu setia dampingi para petani mulai dari menggarap sawah hingga pada saat panen, dengan ketabahan dan keuletan Babinsa tersebut dapat dilihat dari hasil pengubinan hari ini. (Kamis, 22/11/18)

Menurut pengakuan Bapak Sahri Poktan maju 2 Desa Tanjung mengatakan bahwa perkiraan dari hasil pengubinan tersebut hasil tani dari lahan sawahnya meningkat dan Benih yang digunakan adalah varietas ciherang, untuk luas 120 ru  sedang pupuk yang digunakan untuk lahan tersebut Sp 20 kg, Urea 60 kg, NPK 75 kg, Organik 75 kg dan tidak menggunakan obat. Musim panen ini lebih baik dibandingkan musim kemarin karena  pembinaan dari Babinsa koramil 0804-13/ Bendo dan PPL yang terus menerus dan berkelanjutan.

Dengan hasil yang diperoleh tersebut diharapkan program  swasembada pangan bisa tercapai dengan maksimal dan penghasilan petani dapat meningkat.

Peran TNI dalam memberi kontribusi terhadap sektor pertanian patut diberi acungan jempol, karena TNI yang tadinya lihai memainkan senjata kini dia berperan bisa memainkan cangkul dan traktor pengolah sawah ini luar biasa, mungkin angkatan perang Indonesia satu-satunya mampu menjadi pembimbing, motivator, fasilitator, dinamisator inovator bagi kelompok tani di lapangan.

Seharusnya seluruh elemen bangsa bahu membahu untuk mewujudkan cita-cita mulia ini yaitu Indonesia yang melimpah kekayaan alamnya  khususnya di sektor pangan. Apalagi negara kita merupakan negara agraris, sudah sepantasnya jika seluruh masyarakatnya terlibat dalam kegiatan pertanian. Coba kita tengok sepintas disekitar kita, dulu di kampung mencari petani sangat mudah dan gampang, namun sekarang kita mencari petani sangat susah, karena sawah dan ladang sudah beralih menjadi pabrik, tidak ada generasi petani yang mau menjadi petani, mereka lebih baik menjadi pengojek, buruh pabrik atau merantau kekota, sehingga pantas para petani sekarang sudah tidak bergairah karena pertanian bukan lagi yang bisa dihandalkan untuk mencari nafkah.

Pelibatan TNI dalam mensukseskan program pemerintah untuk swasembada pangan tentunya bukan tanpa alasan. Dan tentu pula bukan tanpa reaksi, pro maupun kontra terhadap keterlibatan TNI untuk terjun langsung kepada pertanian. Apalagi kalau dilihat dari aspek pertanian TNI sangat tidak mungkin mampu mendampingi petani untuk lebih baik, yang ada kehawatiran intervensi dan kekerasan karena TNI yang kita tahu adalah alat pertahanan dan dia memiliki skil berperang membunuh atau dibunuh, sekarang ikut mengolah pertanian kita bertanya kapan TNI sekolah pertaniannya? Padahal Babinsa bukan tenaga terampil di bidang pertanian. Pengerahan Babinsa karena Kementerian Pertanian kekurangan tenaga pendamping bagi kelompok tani di Indonesia. Jumlah kekurangannya mencapai 70.000 orang. "Oleh sebab itu dengan ditutup 50.000-an dari Babinsa, itu sudah sangat membantu petani di lapangan.

Bukan untuk mengambil alih tugas dari Tim Penyuluh (Penyuluh Pertanian). Jadi dapat dipastikan Babinsa bukan Penyuluh Pertanian, tapi pada banyak tempat lebih kepada menjadi pengisi kekosongan penyuluh pertanian yang memang jumlahnya masih sangat kurang secara Nasional. Perlu kita pahami bersama bahwa pengerahan Babinsa TNI AD ini karena Kementerian Pertanian kekurangan tenaga pendamping bagi kelompok tani di Indonesia. Di lapangan, kehadiran Babinsa dalam program pangan akan menjadi motivator dan pendorong bagi petani dan kelompok tani, lebih dari itu, kehadiran Babinsa juga menjadi pemicu serta pemacu bagi para penyuluh dan petugas pertanian di lapangan. Bahwa kehadiran Babinsa bukan untuk mengambil penyuluh, tetapi lebih ke arah sinergi langkah dan gerak dengan fungsi dan perannya masing-masing guna mendinamisasi pembangunan pertanian di pedesaan.

Keterlibatan Babinsa TNI AD dalam Ketahanan Pangan sekarang ini menjadi Strategis, Dengan Mempertimbangkan Sumber Daya TNI. Sumber Daya TNI yang ada dimana-mana, tidak hanya di perkotaan, tapi sampai ke pelosok pedesaan, bisa menjadi unjung tombak dalam mengamankan berbagai permasalahan pertanian. Keterlibatan Babinsa TNI AD di bidang ketahanan pangan memang masih terbatas dalam pendampingan untuk meningkatkan produksi Tanaman Padi, Jagung dan Kedelai. Meski demikian, keterlibatan TNI, dalam pendampingan ketahanan pangan tetap harus disambut positif.

Keterlibatan Babinsa dalam ketahanan pangan ini bukan baru saat ini saja, sebelumnya sudah dilaksanakan, karena para Babinsa Komando Kewilayahan (Kowil) berperan dalam bidang Ketahanan Pangan, karena mereka mempunyai kewajiban melaporkan data teritorial yang ada di desa binaannya serta menjaga tetap dalam kondisi yang baik. Melalui program ketahanan pangan ini justru suatu peningkatan, karena begitu program digulirkan Babinsa juga ditingkatkan kemampuannya dengan diberikan pelatihan di bidang pertanian, sehingga mengerti komponen apa aja yang menunjang keberhasilan ketahanan pangan, bukan supaya bisa bercocok tanam saja. Pendampingan Babinsa juga diperlukan untuk mengawasi distribusi pupuk dan bibit agar bisa sampai ke tangan petani tepat sasaran maupun tepat waktu. Semoga langkah Positif ini dapat segera mewujudkan Ketahanan Pangan yang kita dambakan bersama.

Babinsa yang telah tergelar di pelosok-pelosok desa, dipandang memiliki potensi sebagai penggerak dalam mendukung terwujudnya ketahanan pangan, sehingga desa-desa yang menjadi wilayah binaannya akan dapat menjadi "Lumbung Pangan". Konteks ketahanan pangan mencakup aspek yang luas, tidak hanya pada peningkatan produksi pangan tetapi juga menyangkut hal lain seperti kesejahteraan petani dan melimpahnya pangan.

Namun harapan kedepan turunya Babinsa menjadi pendaping petani bisa memotivasi para petani muda yang mungkin bagi generasi muda kita pekerjaan menjadi petani masih belum menjadi pekerjaan yang menarik, bahkan sangat sedikit petani yang berusia relatif muda di Indonesia. Karena disektor pertanian bisa menjanjikan untuk masa depan para petani dan mudah-mudahan nilai gabah atau beras makin stabil dan tidak merugi, untuk itu gabah petani harus diserap sebagian oleh bulog dan diharapkan ada keseimbangan, petani untung, pengusaha penggilingan untung dan sebagian juga dapat diserap oleh Bulog untuk memastikan ketersediaan pangan Nasional, Jika stok beras terpenuhi maka pemerintah tidak akan melakukan impor beras karena semua bisa terpenuhi dengan hasil pertanian kita.

Sehingga secara ekonomi menjadi sangat menjanjikan menjadi petani, akan makin banyak generasi muda kita yang mau turun ke sawah menjadi petani. (R13)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar